Kami berkesempatan wawancara eksklusif sama Jo Koehler (Senior Producer) dan Ben Huskins (Design Director) dari Two Point Studios tentang game simulasi manajemen terbaru mereka, Two Point Museum. Game terbaru dari seri Two Point ini janjiin pengalaman manajemen yang paling terbuka dan kreatif sejauh ini, kasih pemain kontrol penuh atas desain dan operasional museum, sambil tetap pertahankan pesona dan kedalaman manajemen khas seri ini.

Menyeimbangkan Sejarah dan Humor
Tim Two Point Studios menghadapi tantangan menarik dalam mempertahankan humor khas Two Point sambil menciptakan pengalaman museum yang autentik. “Kami berusaha keras buat nemuin keseimbangan yang pas antara mempertahankan pesona dan humor dunia Two Point dengan memasukkan hal-hal yang orang harapin bakal liat di museum,” jelas Huskins.
Meskipun game ini nampilin elemen museum yang familiar kayak fosil dan dinosaurus, semua itu dibumbui dengan sentuhan khas Two Point. “Kami pengen ada campuran antara elemen yang agak realistis sama yang lebih gila dan whimsical. Misalnya, kami masukin fosil dan tulang dinosaurus karena itu hal yang orang harapin liat di museum, dan itu bantu ciptain nuansa museum yang autentik dari awal. Tapi, tentu aja, kami juga pengen kasih sentuhan unik kami, kayak dinosaurus fiksi atau fosil yang aneh-aneh,” tambahnya.
Variasi dalam pameran juga jadi fokus utama: “Setiap tema pameran dirancang supaya terlihat beda dan bawa mekanik gameplay baru. Setiap kali pemain nemuin tema pameran baru atau bahkan subkategori, mereka harus mikir beda gimana cara ngelola museum mereka.”
Pameran juga bisa saling berinteraksi dengan cara unik. “Beberapa pameran bahkan bisa berinteraksi sama pameran lain, bikin crossover menarik antara tema. Misalnya, di tema sains, pemain nggak cuma nemuin pameran jadi—mereka ngumpulin bahan buat bikin alat-alat ilmiah sendiri. Alat-alat ini kemudian ngasih manfaat di museum, kayak nyiram tanaman di pameran botani atau ngasih tau pemain kalo ada pencuri.”
Riset dan Pengembangan
Tim pengembang bener-bener serius dalam riset, termasuk kunjungan ke museum-museum di London dan konsultasi sama profesional museum. “Kami bahkan dapet tur belakang panggung di salah satu museum London, dan itu bener-bener menarik,” cerita Koehler.
Konsultasi ini ngasih wawasan berharga tentang kompleksitas operasional museum, kayak yang dijelasin Huskins: “Dari obrolan itu, kami jadi ngerti betapa banyak peran berbeda yang ada di museum beneran. Ada staf yang langsung berinteraksi sama pengunjung, tapi ada juga yang kerja di belakang layar di lab, dan yang fokus desain ruang pameran.”
Tim kemudian pake wawasan ini buat bikin sistem gameplay yang autentik tapi tetap seru. “Tentu aja, nggak mungkin kami bisa masukin semua peran itu ke dalam game. Kami ambil inspirasi dari realita dan sederhanain jadi sistem game yang simpel tapi menarik,” kata Huskins. Koehler nambahin kalo fase riset ini penting banget: “Kami sangat excited buat eksplorasi dunia Two Point County dengan cara baru. Ini ngasih kami wawasan segar tentang alam semesta Two Point, dan rasa eksplorasi ini jadi salah satu pilar utama game.”
Inovasi dalam Gameplay
Game ini memperkenalkan beberapa fitur baru, terutama sistem ekspedisi yang ngalami 15 iterasi selama pengembangan. “Versi pertama ekspedisi cuma pencet tombol, liat progress bar naik, terus dapet pameran,” kenang Huskins.
“Nemuin peta dan fragmen peta itu bener-bener seru. Terus, nemuin titik-titik menarik di peta, masing-masing dengan pameran berbeda, nambah lapisan baru. Cara kamu eksplor peta mempengaruhi apa yang kamu temuin—satu pemain mungkin pergi ke selatan dan nemuin satu hal, sementara yang lain ke timur dan nemuin sesuatu yang beda banget.”
Ekspedisi ini terintegrasi dalam manajemen museum: “Kami nggak pengen sistem ekspedisi terasa kayak bagian terpisah dari game. Kami pengen ini jadi bagian yang menyatu dengan manajemen museum,” tegas Huskins.
“Waktu kamu kirim tim ekspedisi, kejadian yang mereka alami bisa punya efek besar—bahkan kalo mereka balik atau nggak. Kalo mereka balik cedera, sakit, atau bahkan terkena kutukan dari ekspedisi supernatural ke dunia lain, itu bakal pengaruh kerja mereka di museum.” Koehler nambahin: “Kami juga nambahin event-event belakangan karena kami pikir itu bakal bikin ekspedisi terasa lebih bermakna, dan ngasih dampak ke pengalaman museum secara keseluruhan.”
Mengelola Perbedaan Budaya
Tim bekerja sama erat sama spesialis lokalisasi Sega buat mempertahankan humor khas Inggris mereka di berbagai bahasa. “Humor kami sangat British, dan nggak selalu bisa langsung diterjemahin, jadi kami sering dapet banyak pertanyaan,” jelas Koehler.
Prosesnya melibatkan kolaborasi intensif: “Kami kerja sama erat sama tim Sega buat translokalisasi, dan mereka bener-bener jago. Mereka punya spesialis bahasa yang kolaborasi sama kami sepanjang proses. Mereka sering nanya, ‘Apa arti pun ini?’ atau ‘Bisa jelasin lelucon ini?’ Mereka kemudian nerjemahinnya dengan cara yang cocok sama bahasa target.”
Proses lokalisasi ini sering bikin solusi kreatif, kayak yang diceritain Huskins: “Kadang mereka bikin versi lelucon yang beda.” Koehler nambahin soal proses quality assurance mereka: “Kami selalu pastiin humor itu nyambung sama pemain di setiap negara atau bahasa. Kami lakukan ini lewat testing yang teliti, dan kami terus pantau review dan feedback setelah rilis buat liat kalo ada yang perlu diubah.”
Kebebasan Kreatif dan Modding
Untuk pertama kalinya dalam seri ini, Two Point Museum bakal rilis dengan dukungan modding. “Kali ini, kami rilis dengan dukungan modding dari awal, yang pertama buat kami. Versinya masih dasar sih, cuma buat nambah item dan wallpaper, tapi kalo komunitas antusias, kami pengen kembangkan sistem ini lebih jauh,” jelas Koehler.
Huskins nambahin: “Kami nambahin itu ke Campus setelah kami perkenalkan modding, dan beberapa anggota komunitas bener-bener serius—bikin banyak banget konten. Jadi, kami rasa ini game yang tepat buat modding karena ini semua tentang bikin ruang yang keren buat pamerin koleksi kamu.”
Game ini ngasih banyak alat kreatif, dengan Huskins bilang: “Bahkan cuma dengan item dasar game, kamu udah bisa bikin sesuatu yang terlihat unik karena kamu punya banyak kontrol atas tata letak.” Tim juga mendorong eksperimen, dengan Koehler bilang: “Saya sangat mendorong pemain buat eksperimen dengan alat kreatif. Saya tahu punya banyak pilihan kreatif bisa bikin overwhelmed—coba bikin sesuatu yang cantik bisa bikin takut. Tapi sejujurnya, lebih gampang dari yang kamu kira buat bikin sesuatu yang bagus, coba aja main-main sama semua alatnya, bahkan kalo itu bukan biasanya gaya kamu.”
Rencana Masa Depan dan Kedalaman Strategis
Tim udah siapin dukungan pasca-rilis. “Kami pasti bakal baca feedback dan liat apa yang pemain lakukan. Kami pikir Two Point Museum bakal ngasih pengalaman yang lebih unik dibanding game kami sebelumnya, dan itu bikin kami sangat excited,” kata Koehler. “Kami juga nggak sabar liat apa yang pemain minta supaya kami bisa bikin update quality-of-life yang seru.”
Game ini ngasih kemungkinan strategis yang belum pernah ada sebelumnya, kayak yang dijelasin Huskins: “Semua keputusan tentang di mana bikin partisi, di mana taruh toko suvenir, atau gimana ngatur atraksi utama, semuanya penting. Pemain bisa eksplor detail alur pengunjung, mau bikin jalur yang terkontrol atau desain yang lebih terbuka.” Game ini juga ngenalin alat manajemen baru: “Kamu bisa atur harga semua hal, bikin zona buat staf, bahkan nunjuk staf tertentu buat bagian museum tertentu.”
Koehler nambahin beberapa elemen gameplay unik: “Pameran berbeda narik tipe pengunjung berbeda, yang nambah lapisan strategi. Saya sendiri suka sama Yeti, jadi saya selalu bikin bagian beku dengan manusia gua yang terperangkap es, yang narik Yeti.”
“Game ini jauh lebih nggak linear dibanding game kami sebelumnya, jadi ada lebih banyak ruang buat coba pendekatan baru,” tutup Huskins. “Kamu punya banyak kontrol—nggak cuma di mana kamu eksplor dan pameran apa yang kamu temuin, tapi juga gimana kamu ngatur museum kamu. Kami bener-bener excited liat apa yang semua orang bakal lakuin!”
Informasi Rilis dan Pre-Order
Pre-order Two Point Museum juga bakal ngasih akses ke koleksi bertema Sonic yang spektakuler, termasuk kostum staf Sonic dan Shadow, kostum dan boneka untuk tamu museum, serta opsi kustomisasi museum seperti wallpaper, lantai, dan patung dekoratif Sonic. Tonton trailer pre-order-nya DI SINI.
Two Point Museum akan dirilis pada 5 Maret 2025 untuk PlayStation 5, Xbox Series, dan juga PC melalui Steam. Kamu bisa kunjungi situs resminya DI SINI untuk berbagai informasi lebih lanjut. Beli Explorer Edition digital buat dapetin akses lebih awal mulai 28 Februari.
Pastikan untuk mengikuti perkembangan berita game lainnya di Gamerwk.
Artikel ini Rangkuman Dari Berita : https://gamerwk.com/wawancara-eksklusif-two-point-museum-dengan-two-point-studios-bongkar-visi-kreatif/